Pages

Senin, 16 Desember 2013

AT-TARADUF (FIQH LUGHOH)



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Al-Mutaradif
Kata Al-Mutaradif berasal dari masdar الردف dalam bentuk fi’il  ردف – يردف yang berarti 1). Mengikuti sesuatu, 2). Tiap-tiap benda mengikuti benda lain. متردفين dalam (QS. Al-Anfal:9) diartikan dengan datang bertutut-turut, apa bila saling mengikuti dikatakan  .الترادفperkataan Al-Mutaradif dalam isim fa’il (lil musyarakah). Beberapa kata yang senada dengan perkataan taraduf antara lain:
تواصل-تتابع-توالى-تواتر-تراكم-استدر-ألح-اتسق-انتظم-تكاتف-تكاوس
 Al- Mutaradif (synonyme)اللفظ المتعدد لمعنى واحد “ dua kata atau lebih, mempunyai satu arti” dalam kajian bahasa adalah lafazh yang berbeda tetapi  mempunyai makna yang sama. Seperti أسد، السبع، الليث، أسامة،yang berarti singa, atau sepertiالحسام، السيف، المهند، اليمانى،yang berarti pedangatauوالحميت، التحموت، العسل الشهد، ريق النحل، قيء الزنابيل yang berarti madu.
Pengertian Al-Mutaradif menurut para ahli :
1.      Menurut al-Jurjânî, mutarâdif adalah; beberapa kata yang sama mempunyai kesatuan pengertian dengan ciri-ciri tertentu.
2.      Menurut Muhammad at-Tunjî dan Râjî al-Asmar, mutarâdif adalah perbedaan kata dengan satu pengertian, seperti kata الأسد والليث وضرغام و أسامة dan المسكن والمنـزل والدار والبيتkedua kata tersebut masing-masing mempunyai satu pengertian.
3.      As-Suyûthî mendefinisikan mutarâdif adalah beberapa kata dengan satu arti, namun beliau lebih berhati-hati terhadap beberapa kata yang mempunyai batasan tertentu, seperti kata الإنسان والبشر dan السيف والصارمkedua kata ini mempunyai batasan dari segi zat dan sifatnya.
Berdasarkan banyaknya pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa mutaradif adalah beberapa kata yang memiliki arti yang sama.
Didasarkan penelitian para ahli, bahwa Bahasa Arab merupakan bahasa yang paling banyak mengandung lafazh mutaradifat. Untuk makna pedang saja terdapat seribu lebih lafazh, untuk makna singa ada lima ratus lafazh, untuk makna madu ada delapan puluh kata lebih, dan untuk makna hujan, unta, air, sungai, cahaya, gelap juga untuk makna yang menunjukan sifat seperti panjang, pendek, gagah, kikir dan lain-lain yang dikenal oleh bangsa arab jahiliah masing-masing terdiri dari sepuluh lafazh. Bahkan seorang orientalis mencoba mengumpulkan kosa-kata yang berkaitan dengan unta dan berhasil mengumpulkan lima ribu enam ratus empat puluh empat. 
Jumhur ulama menyatakan bahwa mendudukkan dua muradhif pada tempat yang lain diperbolehkan selama hal itu tidak dicegah oleh syara’. Kaidah para Jumhur ulama sebagai berikut:
ايقاع كل من المرادفين مكان الاخر يجوز اذا لم يقم عليه طالع شرع
                  Artinya:    Mendudukkan dua muradhif itu pada tempat yang sama itu diperbolehkan jika tidak ditetapkan oleh syara’.


B.  Sikap Peneliti Terhadap Adanya Mutaradif
A.    Pendapat ulama tentang taraduf
Sebagian ulama ada yang mengingkari adanya mutaradif dalam bahasa arab, dan mereka berpendapat bahwa lafazh-lafazh yang diduga maknanya sama sebenarnya  hanyalah makna yang saling menjelaskan.[1]
Diantara ulama-ulama yang mengingkari adanya taraduf adalah sebagai berikut :
1.      Imam Fakhruddin
Imam Fakhruddin memberikan definisi tentang taraduf dengan lafaz-lafaz  yang mufrad menunjukkan sesuatu dengan  makna  yang  satu. Seperti kata السيف   dan الصارم , kata ini menunjukkan arti yang sama  tetapi memiki perbedaan dari segi zat dan sifatnya. Dipihak lain  ada fungsi  muradif, yaitu sebagai taukid dan tabi’. Dua kata yang muradif memberikan pengertian yang lain seperti kata  الانسان dengan البشر , dan sebagai taukid (penguat) berfungsi untuk menguatkan kata yang pertama. Dan juga, taraduf sebagai tabi’, yaitu  tidak memfaedahkan sesuatu seperti kata عطشان  dan نطشان .
Menurut Imam Fakhruddin sebagian orang mengingkari adanya taraduf, mereka mengatakan bahwa suatu kata yang dianggap taraduf sebenarnya berjauhan maknanya dari segi nama zat, nama sipat, atau sipat dari sipat.
2.      Imam Taj al-Subki
Imam Taj al-Subki  dalam kitab syarhulminhaj berkata sebagian ulama bahasa mengingkari adanya taraduf dalam bahasa Arab. Sesuatu yang dianggap taraduf, sebenarnya berjauhan dari segi sipat, seperti kata  الانسان dengan البشر, kata الانسان dipandang dari sipat pelupa atau sipat lemah lembut sedangkan البشر dipandang dari segi kulitnya.[2]
Menurut Taj, yang berpendapat seperti ini adalah  Abu Husen Ahmad bin Farits dalam kitabnya Fiqhullugah al ‘arabiyah wa Sunan arab wa kalamuha yang dia nuqil dari gurunya yaitu Abi Abas tsa’labi. Dan juga ibnu shilah dalam kitabnya yang bernama nakat. Dalam kitab Dirasah fi Fiqhu lugah mengatakan Dr Subhi Shaleh mengatakan bahwa sebagian ulama terdahulu mengingkari adanya taraduf dalam bahasa arab.
3.      Ibnu Faris
Diantara ulama yang menolak adanya taraduf adalah Ibnu Faris. Diriwayatkan bahwa al-Farisi berkata: “saya berada ditempat pemimpin negara (Saif al-Daulah) dan ditempat itu hadir ahli-ahli bahasa diantaranya Ibnu Khulawih[3]. Ibnu Khulawih berkata saya mengetahui untuk makna pedang lima puluh kata, lalu al-Farisi tersenyum dan berkata: “saya tidak mengetahui utuk makna pedang  kecuali satu kata saja yaitu kata السيف” , Ibnu Khulawih berkata “bagaimana dengan kata Muhannid, Al-Sharim dan lain-lain”, Abu Ali berkata “itu semuanya merupakan sifat dari pedang”.[4]
Ibnu Faris berpendapat bahwa sesuatu yang dberi nama dengan nama yang bermacam-macam seperti al-Saef, al-muhannid, al-husam, sebenarnya namanya hanya satu yaitu al-saef, sementara yang lainnya dari sebutan-sebutan yang ada hanyalah merupakan sifat-sifat dari al-saef tersebut.[5]
Ibnu faris juga berpendapat bahwa setiap perkataan mempunyai maknanya tersendiri yang tidak ada  pada perkataan lain. Sebagai contohlain :جلسقعد
Jelaslah di sini bahawa قعد ialah kata kerja atau perbuatan duduk selepas berdiri.Sedangkan جلسadalah kata kerja atau perbuatan duduk selepas baring.
4.      Al-Tsa’alibi
Diantara ulama ada yang berupaya untuk menjelaskan perbedaan lafazh yang digunakan dengan lafazh yang dianggap sebagai lafazh mutaradif seperti yang dilakukan Al-Tsa’alibi dalam kitabnya “fiqih al-Lughah wa Sirrul al-Arabiyah dalam sebuah bab yaitu : “أشياء تختلف أسمائها وأوصافها بإختلاف احوالها”. Dia memberikan contoh, dikatakan كاسapabila didalamnya ada air, kalau tidak ada air namanyaزجاجة, disebut مائدةapabila ada makanan diatasnya, apabila tidak ada makanan diatasnya maka disebutخوان begitu juga dikatakan قلمapabila berisi tinta, apabila kosong maka disebutأنبوبة.[6]
5.      Al-Khattabi
Sebagai contoh, kalimatعلم dan عرف .Masing-masing bermaksud “mengetahui”.Namun dari segi penggunaan, maksud tersebut ada perbedaannya.عرف hanya memadai dengan satu مفعول , manakala علم memerlukan kepada dua مفعول.
Perhatikan contoh di bawah.

عرفت زيدا
“Aku kenal Zaid”

علمت زيدا عاقلا
“Aku tahu Zaid seorang yang berakal”

زيدا ialah مفعول pertama. عاقلا ialah مفعولkedua.
6.      Ibnu Taimiyyah
Beliau mengambil contoh dari firman Allah s.w.t.:
tPöqtƒâqßJs?âä!$yJ¡¡9$##YöqtBÇÒÈ
“Pada hari bergeraknya langit itu dengan gerakannya..” At-Thur:9
Kebanyakkan kamus memberikan makna مور sama dengan حركة .Kedua-duanya mempunyai arti “bergerak”.Namun pada hakikatnya, مور ialah gerakan yang ringan serta cepat.Sedangkan حركةadalah semata-mata gerakan.
Renand dalam bukunya dirasatihi li lugah samiyah menulis, bahwa De Hammer mengumpulkan lebih kurang 5644kosa kata untuk kata aljaml. Dia tidak memfokuskan pembahsan tentang  nama-nama aljml  dan muradifnya, tetapi mengumpulkan setiap apa yang berhubungan dengan segala yang berkaitandengan aljml itu. Dia mendapatkan bahwa dalam kehidupan orang arab banyak kosa kata yang sesuai dengan kata aljaml dalam kondisi yang berbeda[7]
Menurut Dr Subhi Shaleh dalam kitabnya Dirasah fi fiqh lugah, kami tidak ingin terhadap hal ini untuk mengingkari bersama Al-faris terhadap adanya taraduf tetapi kami ingin mengambil jalan tengah terdadap pendapat kami, yaitu kami memegangi pendapat aliran yang mengatakan adanya taraduf.
            Ulama ushul memperingatkan terhadap masalah ini, ketika mereka menafsirkan tentang adanya taraduf disebabkan adanya dua pencetus bahasa yang berbeda dari dua kabilah yang mana kabilah pertama menggunakan satu nama sedangkan kabilah yang lain memakai nama yang berbeda untuk satu benda tanpa ada komunikasi yang berjalan antara satu dengan yang lainnya, lalu terkenal dua pencetus bahasa itu atau salah satu pencetus bahasa menggunakan bahasa kabilah yang lain. Ini terjadi terhadapsegala bahasa secara umum.
Al-Mutaradif (synonyme) merupakan fenomena kebahasaan yang alami yang terjadi pada setiap bahasa karena adanya lahjah (dialek) yang saling menjelaskan dalam mufradat maupun maknanya. Tidak mungkin setiap kabilah arab menyebut sesuatudengan satu sebutan/nama. Kita juga melihat bahwa taraduf terjadi dalam bahasa arab fusha padahal bahasa Arab fusha merupakan bahasa yang digunakan oleh kabilah-kabilah arab jahiliah, bahkan dalam al-Qur’an jga ditemukan taraduf ini karena al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Fusha tersebut.

C. Sebab-sebab adanya Mutaradif
Banyaknya kata taraduf dalam bahasa arab kembali kepada beberapa sebab sebagai berikut :
a.       Banyaknya perpindahan lafadz taraduf dari lahjah arab ke lahjah Quraisy karena lamanya proses percampuran antara keduanya. Dari mufradat-mufadat ini banyak mufradat yang tidak dibutuhkan oleh bangsa Quraisy karena ada bandingannya, dan kondisi seperti ini mengarah pada perkembangan taraduf dalam nama, sifat atau bentuk.
b.      Penulis mu’jam mengambil mufradat dari lahjat yang bermacam-macam, sehingga mu’jam tersebut mencakup mufradat-mufradat yang tidak digunakan dalam bahasa Quraisy.
c.       Para penulis mu’jam tidak membedakan antara makna hakiki dan makna majazi, sehingga banyak mufradat yang semestinya makna hakiki tetapi digunakan untuk makna yang majazi.
d.      Banyaknya perpindahan dari sifat-sifat satu nama pada makna nama yang disifatinya.
e.       Kebanyakan dari lafadz taraduf hakikatnya bukanlah taraduf, tetapi lafadz itu lebih menunjukan kepada keadaan khusus. Contoh lafadz رنا، شفن، حدج، لحظ، رمق lafadz-lafadz ini menunjukan makna melihat tetapi melihat dengan cara yang berbeda-beda. رمق menunjukan makna melihat dengan semua mata (melotot), لحظ menunjukan makna melirik, حدج menujukan makna menoleh, رفن meunjukan makna menatap dengan tatapan yang lama.
f.       Banyaknya perpindahan dari afadz-lafadz samiyah dan muwalladah, juga lafadz yang diragukan kearabannya ke dalam bahasa arab.
g.      Banyaknya Tashif (kekeliruan penulisan) dalam buku-buku bahasaarab terdahulu, khususnya ketika tulisan arab luput dari syakal, titik dan harakat.
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut:
  1. Banyaknya Kabilah Arab yang menciptakan kata-kata yang berbeda dengan maksud yang sama. Benarlah perkataan al-Ashfahani berikut: “suatu hal yang wajar mengingkari sinonim dalam satu bahasa, namun jika dia terdiri dari 2 bahasa atau lebih maka akal pun tidak bisa mengingkarinya.” Teori tersebut sejalan dengan kenyataan bahwa Bangsa Arab mempunyai banyak kabilah sehingga tidak heran jika bahasa mereka menjadi lebih kaya.
  2. Kamus-kamus Bahasa Arab
·         Dikumpulkannya seluruh kosakata dari berbagai Kabilah Arab menjadi sebuah kamus;
·         Tak hanya itu kosakata yang masyhur pada zaman jahiliyah yang sudah diganti dengan kata lain setelah Islam datang. Kosakata tersebut tidak mungkin ditinggalkan begitu saja karena banyaknya pemakaian pada zaman dahulu, kemudian dikumpulkan dalam kamus. Penggantian itu tidak ditemui selain dalam Bahasa Arab;
·         Ada banyak kata yang merupakan serapan dari bahasa lain seperti dari Yunani, Persia, Ibrani, dan lainnya yang juga dimasukkan ke dalam kamus. Hal ini semakin memperkaya Bahasa Arab.
c.       Sudah menjadi kebiasaan Orang Arab menyebut suatu benda dengan sifatnya, seperti الأسد (singa) dengan العباس (muka masam) karena sering menunjukkan taringnya. Begitu juga السيف (pedang) dengan الفصل (pemisah) karena memisahkan bagian-bagian tubuh.
d.      4.  Evolusi fonetik dan semantik
·         Perubahan suara
·         Yaitu bisa dengan mengganti 1 huruf pembentuknya (Ibdal) atau merubah susunan hurufnya (Qolab). Contohnya:هلبت السماء القوم = ألبت السماء
·         Dengan mengganti huruf ه menjadi أ maka akan menjadi sinonimi. هلب  maknanya “menghujani” sedangkan ألب  maknanya “masih hujan”.
o   جذب = جبذ= menarik
o   صاعقة = صاقعة= petir
·         Hanya dengan merubah susunan hurufnya jadilah sinonimi.
e.       Perubahan makna
Yaitu bisa dengan mengumumkan yang khusus atau mengkhususkan yang umum atau pengkiasan atau karena kedekatan makna. Contoh:
·         الدفن semula maknanya mengubur mayat, namun sekarang digunakan juga untuk istilah menyimpan rahasia (khusus ke umum);
·         الوغى semula maknanya hiruk pikuk dalam peperangan, sekarang dimaknai dengan perang itu sendiri (khusus ke umum);
·         البعير semula adalah unta jantan atau betina yang telah tumbuh taringnya, namun sekarang hanya untuk unta jantan saja (umum ke khusus);
·         الهلاك semula berarti segala sesuatu yang bermakna pergi, namun berubah maknanya menjadi kematian (umum ke khusus);
·         الرحمة maknanya kasih sayang berasal dari kata الرحم (rahim), karena di sana tempat terjalinnya kasih sayang antara ibu dan anak (pengkiasan);
·         الحلس makna sebenarnya adalah pelana, namun sering kali diartikan punggung tunggangan (kedekatan makna).
f.       Orang Arab biasa menggunakan 1 kata untuk berbagai kondisi/makna
g.      Orang Arab suka mencuri perhatian dengan irama terutama pada syi’ir. Mereka akan mencari kata yang paling mendekati untuk keindahan qofiyah (huruf akhir), sehingga lama kelamaan kata-kata tersebut akan semakin dekat dan sulit untuk dibedakan.
h.      Hilangnya perbedaan karena seringnya pemakaian. Seperti الريب dan الشك sama-sama bermakna “ragu”. Padahal makna asalnya الريب adalah kacau, sedangkan الشك adalah antara menolak dan percaya, namun karena seringnya pemakaian menjadi sulit membedakan keduanya.


3.1 Arab Muwalladah
Muwallad merupakan sisi lain dari muarrab. Pola muwalladini baru muncul pada Dinasti Abasiyah. Hal ini terjadi saat terjadinya penerjemahan besar-besaran terhadap buku-buku asing.Para penerjemah telah berupaya membuat padanan huruf yang tidak ditemukan dalam bahasa Arab yang mendekati fonem Arab.
Di antara huruf yang tidak terdapat dalam bahasa Arab adalah huruf C yang ditulis dengan huruf ق, contoh: موسيقي (music), dan huruf V yang ditulis dengan huruf ب atau و, seperti الأوستا (vista). Akan tetapi, bagaimanapun juga hal ini tidak bisa dijadikan patokan, sebab Fiqh Lughah tidak berfokus pada kaidah-kaidah.
Sebagai bukti, kita dapat menemukan serapan secara adopsi langsung dari bahasa asing yang menyalahi kaidah tashrif sepertiالتلفزيون (televisi).
Dari penjelasan ini dapat dipahami pembeda antara muarrabdengan muwallad. Jika para pendahulu mengadakan muarrab --menyerap bahasa asing tetapi disesuaikan dengan kaidah bahasa Arab-- untuk kemurnian bahasa, maka para linguis moderen melakukan muwallad (memberikan kebebasan dalam penyerapan bahasa asing) tanpa terpaku kepada kaidah bahasa Arab (serapan-adopsi) untuk kepentingan keilmuan.
Di antara kitab yang mengkaji tentang fenomena serapan ini adalah Kitab Ma Warada fil Quran min Lughatil Qabail karya Ibn Salam Aljumha, Kitab Qasdu Sabil fima fil Arabiyah minad Dakhil karya Dimasyqi, dan Almuarrab min Alfazil Quranil Karim karya Syekh Hamzah Fathullah.

D.Analisis Tarodhuf dalam Ayat Alqur’an.
ãNåkøExs{r'sùèpxÿô_§9$#(#qßst7ô¹r'sùÎûöNÏdÍ#yŠšúüÏJÏW»y_ÇÒÊÈ

Artinya :Kemudian mereka ditimpa gempa, Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka. (QS. Al A’raf:91)
ÖqãmÔNºuqÝÁø)¨BÎûÏQ$uσø:$#ÇÐËÈ

Artinya: (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah. (QS. Ar Rahman: 72)
tbqçGÅs÷Zs?uršÆÏBÉA$t6Éfø9$#$Y?qãç/tûüÏd̍»sùÇÊÍÒÈ


Artinya: Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin. (QS. AsSyu’araa:149)
Tiga kata dalam tiga ayat dalam surat yang berbeda di atas, yaitu دار، خيام، بيت  memiliki irisan makna taroduf atau makna sama, yaitu rumah.


102Al-suyuti, Op.Cit hal.403.
[2] Jalaluddin al – Suyuthi, Almuzhir fi ‘Ulumi al-lugah wa anwa’uha, maktabah Darul turats,kairo, hal 403

103Husen bin Ahmad (980 M) Ahli bahasa, Tokoh ahli Nahwu, asalnya dari kota Hamdan
104  Al-suyuti, Op.Cit hal.405.
105 Ibnu Faris, Op.Cit hal.96
106 Al-Tsa’alibi, Fiqh al-Lughah wa Sirr al-‘Arobiyah, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Bairut.
[7]Subhi Shaleh.Dr, Dirasah fi fighi lugah, Darul ilmi li malayiin, Bairut, hal 293

2 komentar:

 
Twitter Bird Gadget