A.
Pengertian Al-Tadhad
Menurut
bahasa idhdhad ( Antonim ) berasal dari kata ضد يضد ضد yang berarti menolak, berlawanan, atau
kontradiksi. Sedangkan menurut istilah idhdhad ( Antonim ) adalah sebuah
lapadz yang menghendaki makna dan lwan katanya, ada dua kata yang berlawanan
maknanya. Antonymy berasal dari bahasa yunani kuno, onoma “ nama” dan anti
“melawan” secara harfiah adalah nama lain untuk benda yang lain. Ada yang
mengatakan bahwa antonimi adalah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang
dapat dijenjangkan (kridalaksana, 1982). Antonimi merupakan hubungan diantara
kata-kata yang dianggap memiliki pertentangan makna.
Dalam
bahasa arab, taufiqurrochman menyebutkan dalam bukunya, bahwa antonim disebut
denganالتضاد atau الأضداد
yaitu
التضاد : هو عبارة عن وجود كلمتين فاكثر لها دلالة
متضادة
Antonimi
( Al-tadhad ) adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya “dianggap”
berlawanan.
Disebut
“dianggap” karena sifat berlawanan dari dua kata yang berantonim ini sangat
relatif. Ada kata-kata yang mutlak berlawanan, seperti kata hidup dengan
mati, kata siang dengan malam. Ada juga yang tidak mutlak, seperti kata
jauh dengan dekat, kata kaya dengan miskin. Seseorang yang tidak kaya belum
tentu miskin, begitu juga sesuatu yang tidak tinggi belum tentu rendah.
Al-Tadhad adalah lafadz yang mempunyai makna ganda tetapi
berlawanan atau lapadz yang menunjukkan makna lawan katanya. Seperti kata الجون
berarti putih dan berarti hitam, lafadz الجلل
berarti agung dan berarti hina. Contoh
dalam kalimat berikut:
جلل تخطأ تك مصيبة كل جلل مصاب هذا
Dalam
kalimat yang pertama lafadzجلل berarti agung, sedangkan kalimat yang kedua lafadz
جلل berarti hina. Lafadz
أسر berarti menyembunyikan dan memperlihatkan, lafadz البين berarti berpisah dan
menyambungkan, lafadz السبيل berarti
halal dan haram, lafadz الرجاء berarti
harapan dan takut, lafadz الحميم berarti
air dingin dan air panas, lafadzالمولى Berarti hamba sahaya dan tuan, lafadz الذوح berarti berkumpul dan berpisah, lafadz الرسberarti
memperbaiki dan merusak, lafadz الرعيب berarti
pemberani dan penakut, lafadz الرهوة berarti
tanah tinggi dan tanah yang rendah, الأرز ( kuat dan lemah ), البسل ( halal dan haram ), بلق الباب ( membuka keseluruhan dan
menguncinya dengan cepat ), ثلّ (
tinggi dan rendah ), الحميم (
air yang dingin dan panas ). Al-Tadhad
merupakan bagian dari Musytarak al-Lafdzi tetapi Musytarak al-Lafdzi tidak bisa
disebut Al-Tadhad.
B.
Macam-Macam Al-Tadhad
Idhdhad
( Antonim ) terdiri dari :
1)
Perlawanan
makna binary ( pasangan )
Contoh :
a.
موت ( kematian ) yang berlawanan makna dengan حياة ( kehidupan )
b.
رجل ( laki-laki ) yang berlawanan makna dengan مرأة ( wanita )
c.
ظلم ( gelap ) yang berlawanan makna dengan نور ( cahaya )
2)
Perlawanan
makna bertingkat ( gradable )
a.
كبير ( besar ), متوسط ( sedang ), صغير ( kecil )
b.
جفف ( musim kemarau ), امطار
( musim hujan ),ربيع ( musim semi ), خريف
( musim gugur),
شتاء ( musim dingin ), صيف ( musim panas )
3)
Perlawanan
makna timbal balik ( converse )
a.
زوج ( suami ) berlawanan makna timbal balik dengan زوجة ( istri )
b.
طبيب( dokter ) berlawanan makna timbal balik dengan مريض ( pasien )
c.
أستاذ ( guru ) berlawanan makna timbal balik dengan تلميذ ( murid )
4)
Perlawanan
makna berhubungan dengan gerak dan arah ( reverse )
a.
فوق ( atas ) berlawanan makna dengan تحت
( bawah )
b.
يمين ( kanan ) berlawanan makna dengan شمال
( kiri )
c.
خروج ( keluar ) berlawanan makna dengan دخول
( masuk )
C.
Pendapat Ulama
Tentang Al-Tadhad
Al-Tadhad
merupakan bentuk khusus dari bentuk-bentuk Isytirok al-lafdzi yang telah
disebutkan sebelumnya, dengan demikian para peneliti berbeda pendapat
sebagaimana mereka berbeda pendapat tentang adanya lafadz musytarak. Sebagian
ulama berpendapat bahwa Al-Tadhad tidak ada. Diantara yang berpendapat seperti
itu adalah Ibnu Darastawih, Ibnu Darastawih menentang Al-Tadhad dengan segala
bentuknya. Dia menulis kitab yang judulnya ”أبطل الأضداد”. Ibnu Sidah dalam kitabnya “المخصص” meriwayatkan bahwa salah satu gurunya
mengingkari adanya Al-Tadhad sebagaimana diberitakan oleh ahli bahasa.
Sebagian
ulama berpendapat bahwa Al-Tadhad itu ada, mereka pun memberikan contoh-contoh
yang banyak. Diantara yang berpendapat seperti ini adalah al-khalil, Sibaweih,
Abu Ubaidah, Abu Zaid Al-Anshari, Ibnu Faris, Ibnu Sidah, Ibnu Juraji,
Tsa’labi, Mubarrad dan Suyuthi. Suyuthi dan Dured telah menghitung Al-Tadhad
mencapai 100 kata. Ulama kelompok ini banyak menyusun kitab yang terkenal
diantaranya: “كتاب الأضداد” susunan Ibnu al-Anbari
yang didalamnya terhitung lafadz Al-Tadhad kurang lebih 400 kata.
Kedua
kelompok ini terkadang menyimpang dari apa yang mereka sampaikan. Dan yang
disesalkan adalah mengingkari adanya Al-Tadhad dan mereka menta’wil
contoh-contoh dengan ta’wilan yang keluar dari bab ini sebagaimana telah
dilakukan oleh kelompok pertama yakni kelompok yang mengingkari adanya
Al-Tadhad.
D.
Sebab-Sebab
Adanya Lafadz Al-Tadhad
Diantara
yang menjadi sebab munculnya lafadz Al-Tadhad adalah sebagai berikut:
1)
Makna asal suatu
lafadz digunakan pada makna umum yang berlawanan, sebagian orang lupa pada
penggunaan makna tersebut sehingga menduga bahwa itu bagian dari lafadz yang
mempunyai dua makna yang berlawanan. Contoh seperti lafadz (الصريم) digunakan dalam ungkapan (ليل صريم )
dan (نـهار صريم) padahal makna asal
dari (صريم) adalah القطع
(putus), penggunaan makna tersebut karena melihat kenyataan bahwa apabila siang
datang malam pun menghilang, tidak ada dan begitu pun sebaliknya
apabila malam dating siang tidak ada. Begitu juga lafadz (السدفة) berarti gelap dan terang padahal makna (السدفة ) aasalnya adalahالستر (tertutup).
2)
Perubahan makna
suatu lafadz dari makna asli kepada makna majazi karena alasan tafa’ul
(berharap kebaikan), seperti contoh lafadz (البصير)
sebutan bagi orang buta dan lafadz (السليم)
bagi orang yang digigit ular, dan karena alasan تـهكم(mengejek), seperti lafadz (أبو البيضاء) sebutan bagi orang yang berkulit hitam,
atau perubahan makna tersebut karena tujuan menjauhi pengungkapan yang kurang
disukai, seperti penyebutan (السيد)
dan (عبد) bagi (المولى)
3)
Kesesuaian
antara dua lafadz dalam satu shighat sharfiyah (bentuk perubahan kata), seperti
lafadz (مجتث) bisa berarti (الذي
يجتث الشيئ)dan berarti pula (الذي يجتث),
adapun isim fa’il dari lafadz (اجتث)
adalah (مجتثث) dan isim maf’ulnya adalah
(مجتث) lalu berkembang kesesuaian antara dua
lafadz baik isim fa’il dan isim maf’ul karena alasan idgham. Contoh lain seperti
lafadz (المختار) yang berarti (الذي يختار) dan (الذي يختار)
dan lafadz (المبتاع) yang berarti (البائع) dan (المبيع)
4)
Perbedaan
kabilah-kabilah arab dalam menggunakan suatu lafadz, seperti lafadz (وثب) yang digunakan oleh kabilah Himyar dengan
arti (قعد) dan kabilah Mudlar dengan arti (طفر)
lafadz (السدفة)
digunakan oleh kabilah Tamim dengan arti (الظلمة) dan
menurut kabilah Qais berarti (الضوء),
dan lafadz (سجد) berarti (انتصب), menurut kabilah Thai dan berarti (انحى) menurut kabilah-kabilah lain.
E.
Al-Tadhad Dalam
Al-Qur’an
Salah
satu fenomena kebahasaan yang menarik dalam bahasa Arab,
terutama mengenai relasi makna terhadap kata adalah konsep Al-Addad. Konsep
ini, tidak ditemukan dalam semantik bahasa manapun termasuk
dalam kajian lingustik modern saat ini. Kata Al-Addad (الأضداد) adalah bentuk jamak dari kata al-didd (الضد). Konsep al-Addad berbeda dengan
konsep Taddad (تضاد)
yang dalam semantik modern disebut antonimi. Sebenarnya konsep tadad pengertiannya menjadi sama
dengan konsep antonimi itu karena didasarkan pada pandangan para
fakar bahasa saat ini, yang mengartikannya sebagai dua kata yang berbeda
dan mempunyai makna yang bertentangan.
Dalam kontek mengenai dua makna yang bertentangan, sebenarnya
ada teori lain dalam relasional makna yang telah dikemukakan oleh para ulama
lughah terdahulu, terutama linguistik Arab yaitu istilah Al-Addad. Al-Addad adalah satu kata yang memiliki dua makna
yang bertentangan (huwa al-Lafdzul al-Wahid ad-Dallu ‘ala ma’nayain
mutadaddain) (Umar, 1992:
191).
هو
اللفظ الواحد الدّالّ على معنيين متضدان
Seperti
contoh kata القرء dapat
memiliki makna الطهر dan الحيض. Kedua makna tersebut adalah bertentangan.
Contoh lain adalah kata الجون yang memiliki arti
atau makna الأبيض
dan الأسواد. Sepintas konsep al-Addad ini
mirip dengan konsep polisemi atau musytarak
lafdzy akan tetapi sebenarnya berbeda.
Musytarak
ladfzi adalah kata yang memiliki beberapa makna yang berbeda
akan tetapi makna tersebut tidak bertentangan. Sementara dalam
Al-Tadhad
masing-masing maknanya bertentangan.
Mengenai konsep
al-Adhaah dan musytarak lafdzi ini telah menimbulkan pro dan kontra
dikalangan para ahli bahasa itu sendiri. Ada kelompok ulama lughah
yang mengukukuhkan bahwa konsep al-Addad itu berbeda dengan
al-Mustrak Lafdzi, sementara ahli bahasa yang lain berpendapat bahwa
konsep al-Addad dapat dimasukan pada katagori al-Musytarak Lafdzi,
terlepas dalam al-Addad pengertian maknanya bertentangan atau tidak.
Sekalipun ada penolakan mengenai adanya al-Addad tidak sedikit
juga ahli yang tetap berpendirian bahwa bagaimana pun juga konsep al-Addad
dengan musytarik lafdzi adalah tidak sama. Ketidak samaan
itu jelas terletak pada sisi makna yang “bertentangan”.
Para ahli lughah yang tetap berpandangan bahwa al-Addad
merupakan konsep relasi makna tersendiri, sedikit besarnya dikarenakan
al-Qur’an sendiri memuat banyak bentuk-bentuk kata berpola al-Addad. Dan mereka
menganggap bahwa konsep al-Addad ini adalah salah satu bukti, bahwa konsep
linguistik dalam al-Qur’an jauh lebih komplek dan lengkap dibandingkan dengan
konsep linguistik yang lain.
Berikut
ini ada beberapa contoh kata yang berbentuk al-Addad dalam
al-Quran, di antaranya adalah;
1) Kata الاشتراء. Kata ini
memiliki dua arti yang bertentangan yaitu arti yang pertama adalah “membeli” (الابتياع).
Pengertian ini dapat dilihat dalam surat at-Taubah: 111.
Perhatikan ayat berikut ini :
*
¨bÎ) ©!$# 3utIô©$# ÆÏB úüÏZÏB÷sßJø9$# óOßg|¡àÿRr& Nçlm;ºuqøBr&ur cr'Î/ ÞOßgs9 sp¨Yyfø9$# 4
cqè=ÏG»s)ã Îû È@Î6y «!$# tbqè=çGø)usù cqè=tFø)ãur (
#´ôãur Ïmøn=tã $y)ym Îû Ïp1uöqG9$# È@ÅgUM}$#ur Éb#uäöà)ø9$#ur 4
ô`tBur 4nû÷rr& ¾ÍnÏôgyèÎ/ ÆÏB «!$# 4
(#rçųö6tFó$$sù ãNä3Ïèøu;Î/ Ï%©!$# Läê÷èt$t/ ¾ÏmÎ/ 4
Ï9ºsur uqèd ãöqxÿø9$# ÞOÏàyèø9$# ÇÊÊÊÈ
Artinya: Sesungguhnya
Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk
mereka. Mereka berperang
pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam
Taurat, Injil dan AlQuran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain)
daripada Allah?
Maka bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar (QS. at-Taubah: 111).
Arti
الاشتراء yang kedua adalah “ menjual” (باعو). Pengertian ini terdapat
dalam surat al-Baqarah: 90.
$yJ|¡ø¤Î/ (#÷rutIô©$# ÿ¾ÏmÎ/ öNßg|¡àÿRr& br& (#rãàÿò6t !$yJÎ/ tAtRr& ª!$# $·øót/ br& tAÍit\ã ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù 4n?tã `tB âä!$t±o ô`ÏB ¾ÍnÏ$t6Ïã (
râä!$t6sù A=ÒtóÎ/ 4n?tã 5=Òxî 4
z`ÌÏÿ»s3ù=Ï9ur ÑU#xtã ÑúüÎgB ÇÒÉÈ
Artinya: Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka
yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran
kepada apa yang Telah diturunkan Allah, Karena dengki bahwa Allah
menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka
sesudah (mendapat) kemurkaan dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan (QS. al-Baqarah: 90).
2) Kata اسر.
Dalam al-Qur’an kata ini memiliki dua makna yang bertentangan,
yaitu makna “menampakan” (الإظهار)
dan “menyembunyikan” (الإخفاء).
Pengertian yang pertama dapat dilihat dalam surat as-Saba:
33.
(#r| r&ur sptB#y¨Z9$# $£Js9 (#ãrr&u z>#xyèø9$# $uZù=yèy_ur @»n=øñF{$# þÎû É-$uZôãr& tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. 4
ö@yd tb÷rtøgä wÎ) $tB (#qçR%x. tbqè=yJ÷èt ÇÌÌÈ
Artinya : kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka
melihat azab. dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. mereka
tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Saba’: 33).
Sementara itu ada juga kata اسر
yang berarti الإخفاء seperti yang ditemukan
dalam surat Yunus: 54, ar-Ra’du: 10, dan at-Tahrim: 3.
öqs9ur ¨br& Èe@ä3Ï9 <§øÿtR ôMyJn=sß $tB Îû ÇÚöF{$# ôNytFøù]w ¾ÏmÎ/ 3
(#r| r&ur sptB#y¨Y9$# $£Js9 (#ãrr&u z>#xyèø9$# (
ÅÓè%ur OßgoY÷t/ ÅÝó¡É)ø9$$Î/ 4
öNèdur w tbqßJn=ôàã ÇÎÍÈ
Artinya: Dan kalau setiap diri yang zalim (musyrik)
itu mempunyai segala apa yang
ada di bumi ini, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka Telah menyaksikan azab itu. dan Telah diberi Keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dianiaya (QS. Yunus:
54).
øÎ)ur §| r& ÓÉ<¨Z9$# 4n<Î) ÇÙ÷èt/ ¾ÏmÅ_ºurør& $ZVÏtn $£Jn=sù ôNr'¬7tR ¾ÏmÎ/ çntygøßr&ur ª!$# Ïmøn=tã t$¡tã ¼çmÒ÷èt/ uÚ{ôãr&ur .`tã <Ù÷èt/ (
$£Jn=sù $ydr'¬6tR ¾ÏmÎ/ ôMs9$s% ô`tB x8r't7/Rr& #x»yd (
tA$s% uÎTr'¬7tR ÞOÎ=yèø9$# çÎ6yø9$# ÇÌÈ
Artinya: Dan ingatlah ketika nabi membicarakan
secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa.
Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah
memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad
memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan
sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan
pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah
yang Telah memberitahukan hal Ini kepadamu?" nabi menjawab: "Telah diberitahukan
kepadaku oleh Allah yang Maha mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. at-Tahriim:
3).
Öä!#uqy Oä3ZÏiB ô`¨B §| r& tAöqs)ø9$# `tBur tygy_ ¾ÏmÎ/ ô`tBur uqèd ¥#÷tGó¡ãB È@ø©9$$Î/ 7>Í$yur Í$pk¨]9$$Î/ ÇÊÉÈ
Artinya: Sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang
merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan Ucapan
itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan
(menampakkan diri) di siang hari (QS. ar-Ra’d: 10).
3) Kata ظنّ , kata ini juga memiliki arti yang berlawanan yaitu “yakin” (يقين) dan “kira-kira: atau “ragu” (شك).
Pengertian yang pertama dapat dilihat dalam surat al-Baqarah: 45-46 dan
al Haaqah: 20:
(#qãZÏètFó$#ur Îö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4
$pk¨XÎ)ur îouÎ7s3s9 wÎ) n?tã tûüÏèϱ»sø:$# ÇÍÎÈ tûïÏ%©!$# tbqZÝàt Nåk¨Xr& (#qà)»n=B öNÍkÍh5u öNßg¯Rr&ur Ïmøs9Î) tbqãèÅ_ºu ÇÍÏÈ
Artinya: Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan Sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang
khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan
menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (QS.
al-Baqarah: 45-46).
Pada ayat yang lain
disebutkan:
ÎoTÎ) àMYuZsß ÎoTr& @,»n=ãB ÷muÎ/$|¡Ïm ÇËÉÈ
Artinya: Sesungguhnya
Aku yakin, bahwa Sesungguhnya Aku akan menemui
hisab terhadap diriku (QS. al-Haaqqah: 20).
Sementara kata ظنّ juga bisa
berarti ragu (شك) seperti
yang terdapat dalam surat al-Jasyiyah berikut ini:
#sÎ)ur @Ï% ¨bÎ) yôãur «!$# A,ym èptã$¡¡9$#ur w |=÷u $pkÏù Läêù=è% $¨B ÍôtR $tB èptã$¡¡9$# bÎ) `Ýà¯R wÎ) $xZsß $tBur ß`øtwU úüÏYÉ)øoKó¡ßJÎ/ ÇÌËÈ
Artinya: Dan apabila
dikatakan (kepadamu): "Sesungguhnya janji Allah itu
adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya", niscaya kamu menjawab: "Kami tidak tahu apakah hari
kiamat itu, kami sekali-kali
tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini(nya)" (QS. Al-Jatsiyah: 32).
4) Kata عسعس. Menurut Abu Ubaidah kata ini memiliki arti “menjelang
malam” (أقبل) dan “lewat malam” (أدبر). (Ahmad Mukhtar Umar, 1992: 203)
Pengertian ini terdapat dalam
surat at-Takwir
:17.
È@ø©9$#ur #sÎ) }§yèó¡tã ÇÊÐÈ
Artinya: Demi malam apabila Telah hampir meninggalkan
gelapnya, (QS. At Takwiir: 17).
5)
Kata
المقوين . Kata ini
disebutkan hanya satu kali dalam al-Qur’an yaitu pada surat al-Qari’ah: 73.
Dalam al-Qur’an kata ini diartikan
sebagai “musafir di padang pasir”.
ß`øtwU $yg»oYù=yèy_ ZotÏ.õs? $Yè»tGtBur tûïÈqø)ßJù=Ïj9 ÇÐÌÈ
Artinya: Kami jadikan api itu untuk peringatan dan
bahan yang berguna
bagi musafir di padang pasir (QS. al-Waqi’ah: 73).
Menurut al-Asma’i, kata المقوي adalah orang
yang yang tidak punya bekal dan harta (الذي لازاد معه ولامال ). Akan tetapi
dalam masyarakat Arab kata المقوي juga
dimaksudkan untuk orang yang mempunyai banyak harta (الكثير المال) yaitu orang yang mempunyai hewan yang
kuat (دابة
قوية).
wah,, teh,, syukran, artikelnya membantu :)
BalasHapusblognya keren teh, hehe...
sama2 :)
BalasHapuskalau boleh tau ini referensinya dari kitab apa yaa?
BalasHapussyukron kak, cuma referensinya belum tercantum
BalasHapusIya betul
BalasHapusBoleh tau ini referensinya dari buku atau kitab apa ya?
BalasHapusMasyaAllah Terima kasih.. Ini bisa di jadikan referensi sekaligus sngat membantu me
BalasHapus